TAKALAR, INDIWARTA.COM – Dua bulan penuh jatuh bangun mengurus para atlet biliar Takalar akhirnya membuat pengurus cabang olahraga ini berada di ujung keputusasaan. Pasalnya, perjuangan mereka mempersiapkan diri menuju ajang Pra Porprov di Parepare, yang digelar pada 23-28 September 2025, harus dibayar mahal dengan beban utang dan kekecewaan mendalam.
Selama menjalani masa latihan, para atlet dan pengurus hanya bisa mengandalkan bantuan sponsor kecil-kecilan. Bahkan hingga kini, masih ada utang sewa meja biliar dan jersey yang belum lunas pembayarannya.
“Padahal jersey sudah kami panjar satu juta, tapi karena sisanya belum dibayar, akhirnya dibatalkan pengirimannya,” ungkap Asrul Kadir, penanggung jawab kontingen biliar Takalar kepada Indiwarta.com, dengan wajah lesu.
Sebanyak 11 atlet mewakili Kabupaten Takalar dalam ajang Pra Porprov cabang olahraga biliar tersebut. Namun sebelum keberangkatan, Asrul mengaku sempat hampir menyerah karena tidak ada dukungan dana dari pihak terkait.
“Kami sudah berkoordinasi dengan KONI dan Dispora Takalar, tapi jawabannya disuruh dulu talangi sendiri. Akhirnya satu-satunya jalan, saya terpaksa mengutang uang berbunga atas nama POBSI Takalar,” jelasnya.
Di malam terakhir sebelum keberangkatan ke Parepare, Asrul akhirnya meminjam uang Rp5 juta dengan perjanjian pengembalian Rp6 juta. Dana itu digunakan untuk menutup biaya sewa meja biliar Rp3 juta dan sewa mobil Rp1,4 juta.
Namun perjuangan belum berhenti di situ. Baru tiga hari berada di Parepare, dana tersebut telah habis. Demi kelangsungan pertandingan, Asrul kembali berutang Rp3 juta kepada pihak rumah biliar di lokasi.
“Kalau tidak ada pinjaman itu, mungkin kami sudah pulang sebelum semua nomor pertandingan selesai,” tuturnya dengan nada lirih.
Meski berada dalam kondisi serba terbatas, semangat para atlet Takalar tetap menyala. Hasilnya, mereka berhasil meloloskan empat nomor pertandingan, masing-masing dua nomor putri atas nama Herliani, serta juara 4 putra junior dan 8 besar atas nama Kevin.
Namun sepulang dari Parepare, beban baru justru datang. Asrul mengaku masih harus menanggung utang berbunga dengan jaminan BPKB motor pribadi. Ia berharap dana dari KONI Takalar dapat membantu meringankan tanggung jawab tersebut.
“Saya dapat kabar dari bendahara pariwisata bahwa dana untuk seleksi cabor biliar itu Rp19 juta cair. Tapi yang diberikan ke saya hanya Rp5 juta, itupun setelah saya minta panjar Rp1 juta untuk bayar sisa utang rental mobil,” bebernya.
Asrul mengaku sudah menemui Sekretaris KONI Takalar, Ibrahim, dan juga Ketua KONI Takalar untuk menjelaskan kondisi sebenarnya.
“Saya sampaikan semua, dari berangkat dengan utang sampai kondisi sekarang. Ketua KONI sempat janji akan bantu, tapi Sekretaris KONI hanya menambah Rp1 juta. Sisanya disuruh cari utang lagi. Bukankah itu malah menambah masalah?” keluhnya.
Kini, Asrul hanya bisa berharap ada kepedulian dan tanggapan serius dari pihak KONI dan instansi terkait untuk menyelesaikan persoalan ini.
“Saya benar-benar pusing. Kami membawa nama daerah, membawa prestasi, tapi malah berutang atas nama organisasi. Tenggat waktu pengembalian utang sudah dekat, saya tidak tahu harus bagaimana lagi,” ujarnya menutup dengan nada getir.
Hingga berita ini tayang, Sekretaris KONI Takalar belum berhasil memberikan klarifikasi resmi, sementara Bendahara Dinas Pariwisata Takalar belum membalas pesan WhatsApp yang dikirim oleh tim redaksi Indiwarta.com. (*)