Oleh: Susi Susanti
Peserta Advance Training HMI Badko Jawa Timur
JATIM, INDIWARTA.COM – Tidak ada seorang pun yang tahu dari lisan siapa doa akan dikabulkan oleh Tuhan. Ungkapan ini menegaskan satu hal penting: setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai kemungkinan terbaik dalam hidupnya. Yang membedakan hanyalah sejauh mana manusia berikhtiar. Ikhtiar inilah yang menjadi energi dasar perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam turut mengambil peran di panggung kepemimpinan bangsa.
Sejak didirikan pada 5 Februari 1947 (14 Rabiul Awal 1366 H) di Yogyakarta oleh Lafran Pane bersama 14 mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI), HMI telah melalui perjalanan panjang, sunyi, dan penuh dinamika. Dalam lintasan sejarah bangsa, HMI tidak sekadar menjadi organisasi kemahasiswaan, tetapi juga ruang kaderisasi kepemimpinan yang melahirkan banyak aktor perubahan sosial.
Di balik perjalanan berliku itu, HMI memiliki fondasi ideologis dan filosofis yang kokoh, yakni Nilai Dasar Perjuangan (NDP). NDP menjadi landasan fundamental perjuangan HMI hingga hari ini. Di dalamnya tertanam keyakinan bahwa kekuatan iman yang dibingkai oleh kedalaman ilmu akan melahirkan laku sosial yang mampu menjadi stimulan perubahan sosial di tengah masyarakat.
Spirit pemikiran yang dirumuskan oleh Nurcholish Madjid (Cak Nur), khususnya tentang keindonesiaan dan kemodernan, tidak boleh menjadi abu dalam bayang-bayang perjalanan kader HMI. Muara dari pandangan tersebut adalah menjadikan Islam sebagai pondasi kokoh dalam menyelami modernitas. Bagi Cak Nur, Islam dan kemodernan bukanlah dua kutub yang saling bertentangan, melainkan dua entitas yang dapat saling menguatkan. Tantangan inilah yang harus dijawab oleh kader-kader HMI di tengah gempuran modernitas yang terus melintasi zaman tanpa jeda.
Nilai Dasar Perjuangan sejatinya harus diletakkan sebagai kompas arah perjuangan HMI ke depan, terutama dalam menuntun peta kepemimpinan bangsa. Fenomena pembakaran kantor DPR, terbongkarnya mega-kasus korupsi, hingga duka kemanusiaan yang melanda saudara-saudara kita di Sumatera dan Aceh merupakan alarm keras bagi siapa pun untuk kembali menatap titik nadir kemanusiaan.
Dalam konteks tersebut, kader-kader HMI dituntut untuk senantiasa kembali ke titik keberangkatan: Nilai Dasar Perjuangan. Sebuah gagasan epistemologis yang berangkat dari ketauhidan dan bermuara pada perubahan sosial. Artinya, perjalanan kader HMI dari iman menuju amal tidak terjadi secara instan, melainkan direngkuh melalui ikhtiar panjang dan kesungguhan yang berkelanjutan. Inilah esensi dari slogan HMI yang sarat makna: “Yakin Usaha Sampai.”
Harapan besar pun disematkan pada perjalanan bangsa ini agar setiap denyut perubahannya diisi oleh kader-kader HMI yang memiliki dasar nilai yang kuat dan mampu mengaktualisasikan NDP dalam setiap gerak langkah perjuangan. Sebab, HMI yang besar dapat saja kehilangan ruhnya di tangan kader yang enggan menghidupkan tradisi intelektual baik di sudut-sudut kampus maupun di bawah atap sekretariat.
Sebaliknya, ketika tradisi berpikir, berdialektika, dan berinovasi terus dirawat, di sanalah HMI akan melahirkan kader Man of Future dan Man of Innovator pemimpin yang tidak hanya hadir untuk zamannya, tetapi juga mampu menjawab tantangan masa depan. (*)












