TAKALAR, INDIWARTA.COM – Proyek rehabilitasi gedung di kawasan Kantor Bupati Takalar menuai sorotan. Warga dan pengguna jalan mengeluhkan akses jalan di bagian belakang kantor yang kini menyempit dan berpotensi membahayakan keselamatan akibat pemasangan bambu sebagai pijakan kerja para pekerja.
Di sepanjang sisi jalan, deretan bambu berdiri menempel pada dinding bangunan. Pemandangan ini menjadi keluhan rutin bagi pegawai dan warga yang setiap hari melintas di area tersebut.
“Jalan belakang kantor bupati itu kan sering dilalui pegawai dan masyarakat. Sekarang dipasangi bambu di sepanjang jalan, jadi sempit dan berbahaya. Harusnya kontraktornya lebih memperhatikan keselamatan,” ujar Makmur, warga Takalar, Senin (3/11/2025).
Metode kerja kontraktor proyek ini juga mendapat kritik dari kalangan praktisi konstruksi di Takalar. Mereka menilai penggunaan bambu sebagai perancah atau steger tidak sesuai dengan standar keselamatan kerja.
“Kalau mau profesional, harusnya pakai scaffolding besi. Lebih aman dan tidak terlalu menghalangi jalan. Tapi bisa jadi kontraktornya ingin menekan biaya, jadi pilih bambu,” kata seorang praktisi konstruksi lokal yang enggan disebut namanya.
Penggunaan bambu, selain membatasi ruang bagi pengguna jalan, juga dinilai mengancam keselamatan para pekerja proyek. Bahan bambu yang mudah lapuk dan tidak stabil berisiko patah sewaktu-waktu, terutama ketika digunakan untuk menahan beban di ketinggian.
Warga mendesak pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) serta Inspektorat Kabupaten Takalar turun meninjau langsung proyek tersebut. Mereka berharap, pemerintah daerah memastikan setiap proyek pembangunan mematuhi standar keselamatan kerja tanpa mengabaikan kenyamanan publik.
“Jangan tunggu ada korban baru diperhatikan,” tutur Makmur menutup keluhannya. (*)

							










