banner 728x250  

     

Direktur Pemenangan dan Strategi Parameter Publik Indonesia, ATA : Prabowo Potensi Memenangkan Pilpres 2024

Indiwarta.com_ MAKASSAR, Direktur Pemenangan dan Strategi Parameter Publik Indonesia, Andi Taufiq Aris (ATA).

Kesabaran adalah kemenangan, begitu kata Syamsuddin Umar, legenda hidup sepakbola Makassar.

banner 728x250  

Filosofis bola itu relevan untuk menjadi semacam ‘ice breaking” ditengah meningginya suhu politik, jelang pembentukan koalisi dan penetapan Capres-Wacapres beberapa bulan kedepan.

Karena disinilah ujian sesungguhnya. Masing-masing pendukung parpol koalisi maupun bacapres dan bacawapres, harus bisa menahan diri dan mengikuti setiap tahapan Pemilu dengan sabar. Kepala boleh panas, tapi hati tetap dingin.

Masing-masing tim boleh adu strategi. Misalnya memasukkan penyerang tengah dengan daya tikam tajam atau mengganti pemain belakang bernaluri bertahan, adalah cara seorang pelatih membuat antisipasi atas jalannya pertandingan.

Target harus menang atau bahkan hanya sekedar mempertahankan score di pertandingan, itu butuh racikan jitu sebuah strategi sang pelatih. Mengembangkan sebuah pola permainan adalah sebuah keharusan dalam permainan, dan itu pasti terkait tuntutan terhadap apa yang sedang terjadi di lapangan.

“Artinya permainan itu sendiri pasti harus dinamis. Tidak monoton apalagi hanya berbekal satu strategi. Begitu pula dengan teknik branding, membranding sosok pada pra kampanye kita saat ini,” ujar Direktur Pemenangan dan Strategi Parameter Publik Indonesia, Andi Taufiq Aris atau yang akrab disapa ATA, melalui keterangannya, Selasa (22/8/2023).

Pertandingan memang belum dimulai, tapi riuh itu sudah memekakkan telinga kita. Perdebatan hingga saling tikam secara verbal sudah mulai memakan korban, kebencian di hati kita.

Hanya demi terlihat paling pintar, paling mengerti situasi, paling intelejen diantara pakar intelejen, kita memuntahkan fitnah bahkan pada saudara sendiri.

Bila ternyata strategi seperti itu terbukti bisa merubah hasil pertandingan menjadi lebih baik, boleh kiranya satu jempol kita naikkan meski saudaramu yang lain itu terkapar tak berdaya. Ini tidak..

Ini benar – benar tidak menghasilkan apa – apa selain hanya kebencian itu sendiri. Yang kalah jadi debu, yang menang jadi arang.

Pra pertandingan capres hingga hari ini masih tidak ada perubahan signifikan dan berarti. Bahkan cenderung merugikan calon dengan branding amuk dan sibuk menjelekkan capres lain.

Survei terbaru Kompas yang dirilis hari ini berbicara. Survei dilakukan dengan tatap muka pada 27 Juli – 7 Agustus 2023. Bila pilpres diadakan hari ini, Prabowo akan menang.

Bahwa Ganjar menempati keterpilihan tertinggi bila semua nama capres disebut, itu tidak bicara kemenangan. Ganjar di posisi tertinggi 24,9 persen, Prabowo 24,6 persen Anies 12,7 persen, Ridwan Kamil 2,9 persen dan yang lain dibawah 1 persen saja.

Namun ketika dua capres di head to head kan, nama Prabowo selalu menjadi pemenang baik saat melawan Anies maupun Ganjar.

Saat lawan Anies, Prabowo menang mutlak dengan angka 65,2 persen dan Anies 34,8 persen. Pun saat lawan Ganjar, Prabowo masih tetap menang dengan perolehan 52,9 persen dan Ganjar 47,1 persen.

Ini bukan kata saya. Ini kata survei Kompas pada 27 Juli – 7 Agustus 2023 yang melibatkan 1.364 responden secara tatap muka di 38 provinsi yang tersebar di 331 desa/kelurahan di Indonesia dengan margin of error +/-2,65 persen.

“Terus dimana kerugian branding personal dengan model narasi yang ada saat ini?”

Pemilih Jokowi pada pilpres 2019 yang memilih Prabowo, justru konsisten selalu mengalami kenaikan dalam 3 survei yang diadakan Litbang Kompas.

Pada Januari 2023 angkanya 27,7 persen, Mei 33,9 persen dan sekarang 36,4 persen.

Dengan kata lain, bila data survei itu kita jadikan rujukan, kita tahu kenapa itu bisa terjadi?

Pola ‘Attacking’ ke Prabowo dan Aines yang dilakukan oleh pendukung Ganjar ternyata memang tak efektif sekaligus merugikan. Sekali lagi, ini bila kita percaya dan berangkat dari data survei Kompas.

Membayangkan hijrah pendukung pak Jokowi ke Prabowo justru semakin tinggi saat pola permainan dengan cara menghajar Prabowo tanpa henti dilakukan, seperti tak mau belajar, kini hal yang sama mereka lakukan pada Budiman Sudjatmiko.

Sepertinya, mereka memang hanya kenal satu pola permainan saja, tidak ada yang lain. Mau hasil memburuk atau stagnan atau menang, mereka cuma kenal satu cara bermain, HAJAR.

“Mereka memang makin membabi buta.”. (*/)

error: waiit